Senin, 17 Mei 2010

PROBLEMATIKA MEMBINA DALAM DUNIA SIAGA

I. PENDAHULUAN
            Dunia anak merupakan dunia imajinasi dimana luang waktu yang ada diwarnai dengan beragam aktifitas permainan dan khayalan. Mereka baru mulai untuk mengenal lingkungan disekitarnya, mereka mulai belajar untuk mengetahui bahkan bagi anak yang cerdas pun akan banyak timbul pertanyaan unik dikarenakan kuriositasnya yang begitu tinggi yang terkadang orang dewasa pun sulit untuk menjawabnya.
            Sebagai salah satu investasi terbesar bagi setiap orang tua, seorang anak diharapkan dapat menikmati masa kecilnya yang penuh canda dan tawa, kebahagiaan dalam permainan yang tentunya memiliki nilai-nilai edukatif , kreatif dan inovatif. Dengan suasana yang demikian perkembangan pada anak dapat memberikan kontribusi yang lebih positif dan lebih membekas.
            Terkait pada kepramukaan, dunia anak identik dengan dunia siaga yang mana dalam satuan ini beranggotakan anak-anak berusia 7 sampai 10 tahun, dan jika dilihat dari tingkat sekolahnya, terdapat pada SD (Sekolah Dasar) kelas 1 sampai kelas 4. Untuk itu pada setiap Gugus Depan yang aktif pastilah terdapat pengajar pramuka yang biasa disebut pembina. Bagi pembina siaga biasanya dipanggil oleh anggotanya Yanda bila pria dan Bunda bila wanita.
            Pada setiap pembelajaran ataupun pendidikan tentulah membutuhkan sebuah proses dan metode yang menunjang guna hasil yang diharapkan, dengan demikian dari sekelimut proses yang ada tentu pula akan menghadapi polemik problematika yang perlu dihadapi dan dipecahkan bersama. Begitu pula problematika membina dalam dunia siaga menuntut setiap pembina untuk memiliki sikap profesionalitas. Dari sikap profesionalitas inilah seorang pembina siaga dituntut untuk memasuki dunia mereka dengan mengetahui jenjang psikis anak di usia siaga, dengan demikian  mempermudah pembina dalam menangani setiap problematika yang ada.
            Dari kutipan diatas penulis sengaja ingin mengulas tentang Problematika Membina dalam Dunia Siaga dan yang perlu diketahui disini adalah karakter apa yang ada di usia siaga, bagaimana sikap pembina yang baik dalam menghadapi dunia siaga dan problematika apa yang akan dihadapi oleh setiap pembina siaga.

II. PEMBAHASAN
            Pengertian membina menurut keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978, tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah:
“…melaksanakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecendrungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri…”
kalau kita simak “cita dan karsa” dari pengertian tersebut di atas, maka:
  1. Membina itu targetnya (object) adalah manusia
  2. Membina itu adalah upaya pendidikan, upaya peningkatan, upaya improvisasi, upaya memajukan.
  3. Membina itu dilaksanakan baik formal, non formal bahkan informal (khususnya untuk orang dewasa) secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab.
  4. Membina sebagai proses upaya pendidikan berisi kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangakan:
    1. Suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras
    2. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat
    3. Kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuan      
    4. Yang kesemuanya itu (a, b, c) merupakan bekal dalam hidup dan kehidupan manusia yang dibina itu.[1]
      
Terkait pada membina Pramuka, maka seorang pembina pramuka perlu mengetahui faktor-faktor yang menentukan berhasilnya pembinaan sebagai upaya pendidikan. Faktor-faktor itu adalah:
  1. Faktor dasar pembinaan, sebagai pelaksanaan upaya pendidikan kepramukaan, adalah Pancasila dasar filsafat bangsa Indonesia.
  2. Factor tujuan pembinaan, sebagai pelaksanaan upaya pendidikan kepramukaan, sesuai dengan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, adalah mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dari bangsa dan masyarakat Indonesia.
  3. Factor sasaran pembinaan, sasaran yang ingin dicapai dengan pendidikan kepramukaan adalah:
ì  Kuat keyakinan beragamanya
ì  Tinggi mental dan moralnya serta berjiwa Pancasila
ì  Sehat, segar dan kuat jasmaninya
ì  Cerdas, tangkas dan trampil
ì  Berpengetahuan luas dan dalam
ì  Berjiwa kepemimpinan dan patriot
ì  Berkesadaran nasional dan peka terhadap perubahan lingkungan
ì  Berpengalaman banyak[2]
            Membina Siaga berarti mendalami dunia siaga, dunia anak yang perlu diterjuni baik secara psikis maupun pendekatan lainnya untuk itu perlu dikenal dasar kodrati dan didaktis, pertumbuhan dan perkembangannya dalam rangka membantu anak memperoleh perkembangan sumber daya manusia yang optimal. Dengan demikian selayaknya hubungan yang terjadi antara peserta didik dan pembinanya adalah hubungan kemitraan yang bersifat edukatif.
            Perkembangan kejiwaan anak usia siaga perlu dihayati dengan mengenal dan memahami sifat, karakternya baik yang positif maupun yang negatif. Disamping itu ciri-ciri anak usia siaga yang diperhatikan dalam pertumbuhan dan perkembangan antara lain:
  1. Jasmani: aktif bergerak, belum dapat menguasai diri, keseimbangan motorik masih perlu dilatih.
  2. Rohani : pancainderanya merupakan alat penemu khayalan dan fantasinya besar, ingin menemukan yang baru,
  3. Social: berpusat pada diri sendiri, belum menemukan “akunya”, suka meniru walaupun ramai-ramai dan sebagainya.
Dalam membina siaga perlu dipahami bahwa seorang anak sepanjang hayatnya akan mengalami berbagai perubahan dan pengembangan diri sehingga menjadi seorang dewasa yang berciri khas. Seorang anak bukan dewasa yang berbentuk mini, dan sebaliknya juga tidak dapat dikatakan bahwa manusia dewasa merupakan anak dalam bentuk dan ukuran besar. Jadi dapat dikatakan bahwa membina siaga bukan berarti membina “Penggalang kecil”.[3]
            Selain berorientasi kepada sifat dan ciri anak usia siaga, dalam merencanakan kepramukaan bagi pramuka siaga perlu dipahami aspirasi dan kebutuhannya, situasi dan kondisi serta materi atau kegiatannya.
  1. Aspirasi peserta didik harus dapat digali dan ditemukan untuk dijadikan sumber kegiatan dan latihan yang menarik, caranya antara lain:
    1. secara formal: interfew, forum terbuka, pertemuan, musyawarah dan lainnya.
    2. secara informal: pengamatan, pergaulan baik didalam maupun diluar latihan, keluhan dan lain-lain.
  2. kebutuhan bagi anak usia siaga terkadang belum dapat dirasakan apalagi diungkapkan.  Biasanya aspirasilah yang dianggap kebutuhan yang sebanarnya, sedang itu bukan maksudnya. Bahayanya adalah jika orang dewasa mengeidentifikasikan kebutuhan orang dewasa sama dengan kebutuhan anak.
  3. Situasi dan kondisi peserta didik maupun lingkungannya sangat mempengaruhi proses pendidikan. Lingkungan juga ikut menentukan cepat lambatnya proses kegiatan, selain itu visualisasi juga menjadi daya tariknya.

Perkembangan kejiwaan anak usia siaga perlu dihadapi dengan mengenal dan memahami sifat-sifat dan karakteristiknya, antara lain:
  1. yang positif
    1. suka bermain, bergerak dan bekerja
    2. suka meniru, senang mengkhayal
    3. suka menyanyi, gemar mendengar cerita
    4. suka bertanya, ingin tahu, ingin mencoba
    5. suka pamer, suka disanjung, senang kejutan
    6. spontan, lugu, polos, mudah kagum dan suka humor
    7. bersenda gurau, gemar berlomba dan bersaing
    8. gemar membanding-bandingkan
    9. selalu mencari hal-hal yang baru, cepat bosan dan lain-lain
  1. yang negatif
    1. labil, emosional, egois
    2. manja, mudah putus asa
    3. sensitif, rawan, mudah kecewa
    4. kurang perhitungan, tidak mau mengalah
    5. kurang peduli kebersihan jasmaninya
    6. masih malu-malu, memerlukan perlindungan dan lain-lain
Bermain adalah dunia anak-anak seusia pramuka siaga, bermain sebagai proses pendidikan, merupakan alat utama pembinaan pramuka siaga dimana mereka dengan riang dan gembira penuh semangat dan penuh kebebasan, giat melibatkan diri dalam kegiatan permainan. Giat bermain berarti giat dalam proses pendidikan.
            Pramuka siaga merupakan peserta didik golongan pertama dalam gerakan pramuka sebagai bibit awal yang kelak diharapkan bertunas dan berkembang dengan baik melalui kepramukaan.[4] Dengan demikian usia siaga merupakan pembentukan sebagai modal dasar yang ditujukan pada prilaku yang diharapkan, dari itu semua maka pola yang sebaiknya dikembangkan adalah pemberian adab “adibuhum” atau peraturan (regulasi)[5]. Karena dalam usia siaga inilah saatnya untuk mengembangkan kecerdasan social anak. Dari pola ini setidaknya pembina ataupun pendidik benar-benar memberikan suri tauladan yang baik dengan prilaku yang memang pantas ditiru dan penuh santun.
            Dari uraian diatas, maka sangat pentinglah bagi setiap pembina siaga untuk lebih mengetahui dunia permainan dan imajinasi mereka yang mana itu semua merupakan sebuah problematika yang komplek, dan akan sulit dihadapi bagi setiap pembina siaga jika kurang mengetahui dunia mereka. Dari itu semua pembina siaga juga akan selalu dituntut dari segi kreatifitas dalam memberikan permainan yang edukatif, inovatif dan penuh makna serta mendukung pada perkembangan anak yang lebih positif.

III. PENUTUP

            Suatu kenikmatan tersendiri dikala kita melihat mereka (siaga) bergembira ria dengan permainan yang kita berikan diwaktu membina. Tertawa di alam terbuka dengan sesama tanpa disadari bahwa mereka sebenarnya dalam proses perkembangan yang lebih bermakna.
            Demikian penulisan makalah ini yang sekiranya masih jauh dari kesempurnaan yang tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dikritisi dan dikoreksi. Wassalam.


[1] Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta, Panduan Praktis Membina Pramuka Siaga dalam Perindukan Siaga. Jakarta: 2000. hal. 8
[2] Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasa. Jakarta: 1983. hal. 83
[3] Op. Cit. Kwartir Daerah DKI Jakarta. Hal. 79
[4] Ibid. hal. 82
[5] Asror, Miftahul. Mencetak Anak Berbakat Cerdas Intelektual dan Emosional. Jawara Surabaya. Surabaya: 2002. hal. 66

Sabtu, 15 Mei 2010

JASAMU GURUKU


TRIMA KASIHKU PADAMU GURUKU
ATAS DIDIKANMU
ATAS BIMBINGANMU
YANG TAK PERNAH JEMU

KAU TLAH AJARKAN PADAKU ILMUMU
DENGAN BELAI KASIH
DENGAN RASA SAYANG
DAN TAK PERNAH LELAH

Chorus
TULUSMU… IKHLASMU…
MENDAMPINGIKU DALAM BLAJARKU
KASIHMU… SAYANGMU…
TAK PERNAH LUNTUR KAU BERI PADAKU

Reff. 1
GURUKU… JASAMU…
AKAN KUKENANG SLALU
DIRIMU… CAHAYAMU…
PENERANG DALAM GELAPKU

Reff. 2
GURUKU… ENGKAULAH…
PAHLAWAN TANPA JASA
OH GURUKU…
KUKENANG JASAMU
HINGGA WAKTU TAK TENTU…

BY, Hafidz (sahabat seperjuanganku di aceh)

GURUKU…
AKU TAU…
DI SAAT AKU SULIT DIATUR
TERKADANG AKU MEMBUATMU 
SEDIH…
MARAH…
JENGKEL…

TAPI…
DENGAN SABAR KAU BIMBING AKU
DENGAN SABAR KAU DIDIK AKU
KAU BELAI AKU DENGAN KASIHMU
KAU PELUK AKU DENGAN SAYANGMU
NASEHATMU… TAK PERNAH JEMU UNTUKKU

AKU KAGUM DENGAN TULUSMU
AKU KAGUM DENGAN IKHLASMU
AKU KAGUM DENGAN SABARMU
AKU BANGGA MENJADI ANAK DIDIKMU

KAU ADALAH FIGUR KAMI
KAU ADALAH SURI TAULADAN KAMI
KAU ADALAH TEMAN BAGI KAMI
DALAM SUKA MAUPUN DUKA

AKU TAK TAU…
BAGAIMANA KAN KUBALAS JASAMU
TERIMA KASIH…
TERIMA KASIH GURUKU…
DOAKU UNTUKMU SELALU...

“ I WILL ALWAYS LOVE YOU…”



"sebuah lagu dan puisi oleh murid-murid tercinta"


Apalagi yang pantas kami ucapkan, serasa tidak cukup
Hanya berterima kasih maupun minta maaf

Ustazd…………… terima kasih
Ibu …………maafkan kami
Kalian marah karena sayang
Kalian tersenyum karena sayang

Kasih sayang kalian terus menyelimuti batin kami
Di kala kami sakit, kalian kan menyapa
“Sayang kamu kenapa?”

Di kala kami sedih, kalian kan menghampiri
“sayang jangan sedih dong”

Di kala kami enggan tuk makan, kalian kan menegur
“makan dong sayang…., nanti sakit”

Sejak terbitnya fajar, terdengar
“bangun-bangun dah subuh”

Hingga datangnya gulita malam terdengar
“ayo nak belajar-belajar”
Terkhusus untuk kami
“ kelas 6 semuanya, belajar di balai”

Seakan tiada lelah kalian naungi kami
Kalian didik kami
Kalian ajarkan kami
Kalian…..kalian….

Allah ….. berikan kepuasan batin yang setinggi-tingginya pada mereka
Selayaknya kepuasan batin yang kami rasakan dari mereka

Allah …… persembahkan bunga-bunga surgawiMu pada mereka
Yang terus menyerbak dalam senyum mereka
Karena mereka akan terus di hati kami

Amarah, nasehat, tawa, canda ria
Itu semua sudah kami rasakan
Itu adalah pembuktian kasih sayang yang tulus

Lalu, masih pantaskah kita berkelahi?
Masih pantaskah kita mendengki?
Masih pantaskah kita memusuhi?
Tidak…… teman tidak……

Seharusnya kita menggapai cita-cita
Seharusnya kita merangkul dengan cinta
Seharusnya kita berbagi dengan sesama
Maka kita kan rasakan betapa indahnya bersama

Ustazd terima kasih atas segala kasih sayangmu
Ibu terima kasih atas segala ketulusanmu



AIR MATA PENGELUH (Kaf kif Dumu'aka)

Hentikan air matamu karena tangismu dan jeritmu tiadalah guna

Bangkitlah dan jangan mengeluh tentang waktu, karena tiada keluhan selain pemalas

Lalui dan carilah cara tuk menggapai harapanmu, cita-citamu, angan-anganmu dan, jangan bertanya bagaimana, how? Just do your best you’ll get

Tidak akan sesat orang yang bekerja dan berupaya karena hasilnya nyata

Tidak akan gagal seseorang kelak nanti jika mempunyai maksud yang mulia

Celakalah umurmu wahai orang miskin dengan keluhan dan kesedihan saja

Sedangkan kamu hanya duduk berpangku tangan dan berkata “ aku diperangi waktu”

Jika kamu tidak mengangkat sesuatu yang berat lalu siapa lagi yang mengangkat

Terkikis kebosanan dari hidupmu dengan keberanian dan tabiat

Seperti burung gagak yang mengabarkan kejelekan dan memperdengarkannya kepada dunia dengan suaranya

Harapan akan menunjukkan cahayanya maka ikutilah cahaya tersebut

Tidak akan sempit hidupmu jika kamu berusaha dan tidak akan ragu tentang kesempitan hidupmu

Rabu, 12 Mei 2010

iseng buat cerpen belum ada judul bersambung pula, hehe...

INTRO

Faiz adalah sesosok anak yang dinamis, masa kecilnya termasuk anak yang nakal namun terarah. Dari masa kecil itu pula sudah terngiang dalam benaknya pertanyaan-pertanyaan unik yang belum selayaknya dipertanyakan. Dia tumbuh sesuai alur dalam lingkungan keluarga yang religi, memiliki ortu yang terus menekankan pada ibadah.
Masa kecilnya ia selalu bertanya “kenapa ya orang dewasa berpacaran?, terus kadang berantem, kalo kita nanya paling jawabannya ‘alah kamu anak kecil mau tau aja’ malah aku pernah melihat orang dewasa berciuman mulut, ih jijik deh! Kan mulut berludah, pasti bau lah. Dasar,,, kadang orang dewasa lebih jorok dari pada anak kecil, ah ngapain dipikirin mendingan aku main bola.”
Mungkin bagi setiap orang dewasa yang sehat, pertanyaan itu ga perlu dipertanyakan, (wong dah tau kok rasanya). Beranjak remaja, ketika duduk di SMP Faiz mulai merasakan keunikan-keunikan memandang pada lawan jenis apa lagi yang kinclong-kinclong (maklumlah masa puber) suara mulai berubah, jakut menonjol, rambut-rambut di tempat rahasia mulai tumbuh, ups! tuuut.... sensor ah hehehe.......
Pertanyaan-pertanyaan masa kecilnya mulai sedikit terungkap di masa puber namun belum terjawab, (wah gimana tuh terungkap tapi belum terjawab!)
Sebenarnya dari berbagai pertanyaan yang timbul di masa kecilnya, pada masa puber ini ia simpulkan menjadi satu pertanyaan “apa sih hakekat cinta itu?” yaa…, semasa puber paling jawabannya YGD (yaa.., gitu deh), yaa.., gimana? Yaa.., suka serasa ingin memiliki, tapi….., tapi kenapa? Alah banyak bacot liat aj perkembangannya nanti


PROPOSAL KELUARGA

Ketika fajar sayup-sayup menghampiri, mata masih terasa berat untuk terbuka jarum jam menunjukkan pukul 5.00 tiba-tiba,
“Wei, bangun coy dah jadi tuh pulau jawa, dimakan belanda subuh lo nanti”
seketika Faiz terkejut namun masih pula berat matanya dibuka, serasa begitu cinta dengan pulau jawanya, tapi abangnya pantang menyerah terus aja dia kelitikin.
“eit, ah elah, geli tau”
“ga tau gw”
“baru di makan, belum abis kan subuhnya?”
“mbahmu”
“mbahku mbahmu juga pla’ut!!!”
“ya udah cepat, subuh dulu gi dah,ngeyel aje lo”
sambil sempoyongan dengan ¼ nyawanya yang baru terkumpul Faiz menuju kamar mandi dan…, “aduh pake kejedot segala lagi, posisinya di situ terus lagi”
“lagi ngapain lo?”
“lagi kejedot!!, pake nanya lagi”
“lagian”
“lagian.., lagian.., la gigi lo”
Pagi sudah menyapa, aktifitas rutin di mulai deh, biasa bunda nyiapin sarapan, yanda dah rapih berdasi, bang zal siap dengan seragam SMAnya dan Faiz baru I SMP, (bunda dah mulai teriak-teriak) “ayo anak-anak sarapan dulu cepat”
Eit…, tunggu si bungsu ketinggalan, belum disebut ye tadi, namanya vira masih SD.., kelas III, ngomong tentang Vira, waduh ni bocah ca’em banget, yaa.., wajarlah kalo diprotek abis ma abang-abangnya, betapa tidak coy, si bungsu ini ade cewe satu-satunya, imut, cantik, riang, manis (wah gula jawa juga kalah tuh) yang buat tambah di sayang lagi, biar bungsu, walau manja-manja dikit tapi ga cengeng dan ga kolokan, asik kan punya ade kaya gitu.
“bang.., bang faiz”
“ada apa si say…?”
“ini resleting rok vira macet…, bantuin dong..,”
“coba liat sini!, wah ini mah harus ngajuin proposal lagi nih sama yanda, minta beliin yang baru, sementara pake peniti dulu ya”
“ya udah pasangin dong”
“ambil dulu gih penitinya di lemari bunda”
“tunggu ye bang”
beberapa detik berselang suara memanggil dari meja makan (siapa lagi kalo bukan…)
“Faiz, Vira cepat sarapan dulu”
“tunggu bun vira nih resleting roknya rusak”
“ya udah yuk, dipanggil bunda tuh sarapan”
“oce de bang”
Suasana di meja makan dah mulai aktif, masing-masing sibuk menyantap sarapan lezat buatan bunda diselingi dengan obrolan-obrolan kecil.
“yanda resleting rok vira rusaak…,”
“ya udah nanti pulang sekolah beli rok baru sama bunda” seketika itu pula bunda nyeletuk
“kamu vir, lagi sarapan kok ngomongin resleting”
“yaa…, bunda, abis resletingya ga bersahabat ma vira, mau berangkat baru ketawan rusak, payah”
“yanda bisa pulang lebih cepat kan hari ini? Fauzal butuh bantuan buat proposal nih…, bantuin ya!”
“proposal?, proposal apaan zal?”
“itu tugas dari pembinaan OSIS”
“wah baru kelas satu dah main OSIS-OSISan aja kamu”
“ah yanda namanya juga kaderisasi”
ssssstt…, ada yang nyeletuk lagi nih, siapa tuuh..?, yaa.., Faiz lah yang belum berkicau apa-apa di meja makan
“waduh, tadi proposal resleting, terus proposal OSIS, bunda ngajuin proposal ga?, buat penambahan stok bumbu dapur, he…he…he…,”
“kamu tuh ada-ada aja”
tiba-tiba terdengar suara dari luar,  yah biasa lah, suara sirine ambulance pribadinya Faiz, siapa lagi kalo bukan suara teriakannya pampam, “param pampam.., param pampam.., toew wew wew wew…”
“wah panggilan dinas tuh, Faiz duluan ya bunda, yanda mmuah.., mmuah assalamualaikum…” (langsung ngacir dia) “wa’alaikum salam”
bunda teringat sesuatu,
“ei Faiz sarung buat salat dah di bawa belum?”
“always bundaa..,”

AKTIFITAS NONGKRONG

Faiz bergegas berangkat ke sekolah sama pampam.
“bahan sutra berkilau, ayo kita cau..,” (alah.., pantun pasaran)
meranjak jalan sebentar Faiz memperhatikan kembali wajah Pampam yang agak culun, entah kenapa dia tersenyum namun layaknya orang menahan tawa, akhirnya…!
“Ha…ha…ha…, lo dah mandi belum sih?”
“ya udah lah, mang napa?”
“mang napa lagi!, liat mata gw mandang ke mana”
dengan sedikit mendekat pandangan Faiz menajam pada tujuan yang di maksud. Seketika itu juga Pampam langsung paham dan….
“bujubuneeng…, ni upil pa cendol?, kok gw ga ngeah ya”
“bujubusyeet…, nyadar juga upilnye kaya cendol, dah buang ah, jorok lo pake dibahas lagi”
sesampainya mereka di sekolah, yaa tiada tutur tiada kata tanpa di duga sambil menunggu bel masuk kelas tongkrongan di belakang kantin menjadi tujuan utama. Biasalah sambil santai berdialog ria dan membahas problema yang ada, tapi problem apa? Alah kalo dah nongkrong ada aje yang diomongin, palagi kalo dah rame ada aje yang dicengin. Beberapa menit kemudian datang yang lain, Rio si trable maker, Yayan diam-diam menghanyutkan dan Gana kalo ga ngcengin dicengin ya pampam dah sejolinya kalo dah ceng-cengan.
Seketika itu pula pampam buat   ancang-ancang dan.! aha...! Gana..Gana..Gana, sini lo!, gue ngerasa ada yang aneh di rambut lo, coba liat!, tuh kan kutunye rio lagi ngopi di pala lo” serempak yang lain pun tertawa ‘wkwkwk.....’
Pastinya gana ga diam gitu aja, “jiaaa... raja kutu ngemeng aje lu bau” ‘wkwkwk.....’ tapi sayang canda tawa itu terputus karena suara bel sudah berbunyi dan  anak-anak pun pada bergegas menuju kelas.

to be continue............

Between me, my heart and my Holy B

Aku mengandai bisa berbicara denganmu Qur’an, layaknya kau bisa hadir dalam wujud komunikasi yang real, percakapan antara aku, hati kecilku dan engkau ya Qur’an!!!
Ku kan coba selalu menghayati indah bahasamu, sehingga aku pun kan merasakan fungsimu tuk petunjuk hidupku
terbayanglah dalam benakku, komunikasi curahan hatiku, antara aku, hati kecilku dan engkau ya Qur’an, beginilah jadinya.....

Aku: aku selalu dirundung keraguan, apakah harus terus begini???

Hati kecilku: tenang saja! Ragu itu memang terkadang muncul, tapi aku yakin kamu cukup terbekali untuk mengontrol itu, memang apa masalahmu?

Aku: hei hati kecil! Tau dari mana akan kemampuanku tuk mengontrol?

Hati kecilku: eits...! kamu lupa ya? Aku kan hati kecilmu, dapat merasakan yang lebih dalam dari apa yang kamu rasakan, maka gunakanlah aku secara maksimal

Aku: entah mengapa, aku merasa sudah memaksimalkan fungsimu

Hati kecilku: oke, memaksimalkanku belumlah cukup 

Aku: baiklah aku paham apa maksudmu, kembalikan pada petunjuk Qur’an kan?

Hati kecilku: ya benar

Qur’an: hei kalian membicarakanku?

Aku: hehe... iya kami memang ingin meminta petunjuk tandamu?

Qur’an: baiklah gunakanlah fungsiku sebagai petunjukmu, memang untuk itu kan wujudku??? Apa masalahmu?

Aku: aku terbelenggu rasa dan ragu dalam firasat cinta ya Qur’an

Qur’an: oke, aku sarankan bukalah lembaran dari isiku dan tela’ah lah apa yang kau lihat ayat pertama itulah jawabannya, saran ku ini adalah bagian dari istikharah untuk mendapatkan petunjuk yang lebih meyakinkan

Aku: ya tapi aku masih butuh arahmu, maka berikanlah aku kekuatan tuk memahamimu

Qur’an: oke, walau kamu sudah memiliki sedikit pemahaman, aku akan sesuaikan dengan usahamu, sebesar usahamu sebesar itu pula kau akan mendapat pemahaman yang lebih, maka konsentrasi lah!

Aku: ya baiklah sewaktu aku mencoba membuka akan petunjuk lembaranmu terbukalah lembaran surat ke 6 Al An’am dan mataku langsung tertuju pada ayat 135. Dan inilah arti dari ayat yang ku dapatkan:
Katakanlah: Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. (QS. 6:135)

Qur’an: coba kamu bicarakan dulu dengan hati kecilmu

Hati kecilku: oke aku di sini, bagaimana menurutmu?

Aku: Secara verbal konvensional terartikan demikian namun aku masih merenungi arti verbal tersebut, seakan Qur’an mengarahkanku tuk lebih bersungguh-sungguh berbuat yang terbaik semampuku, dengan begitu kelak kan ku rasakan hasilnya dan tak luput pula Qur’an mengingatkanku jika aku zalim maka merugilah aku, lalu apa maksud arti ini jika ku kaitkan antara aku dengannya?

Hati kecilku: rasanya apa yang kamu fikirkan cukup sinkron dengan  apa yang aku rasakan

aku: bagaimana maksudmu?

Hati kecilku: begini loh maksudku just do the best you’ll get, we’ll see...!  and i told you, let it flow...! yang penting kamu tetap semangat dan biarkan dia sejenak, suatu saat kan datang waktunya dia tuk beranjak menyapa atau tidak, apapun itu toh kamu tetap tegak!

Aku: ya kamu benar hati kecilku, dan yang terpenting kita harus tetap bersyukur karena begitu sejuk batin ini dapat merasakan manfaat dan petunjuk Qur’an
Dan setiap simbol atau nomor yang terkandung dalam Qur’an tidak mungkin tanpa arti, pasti ada maksud dibalik itu semua

Aku: bagaimana menurutmu ya Qur’an?


Qur’an: oke sementara ini cukup tuk kau kenal walau belum sanggup kau urai secara keseluruhan

Aku: terima kasih ya Qur’an, aku akan terus mengkajimu

Hati kecilku: ya bagus lah, kita memang patut bersyukur masih ada Qur’an yang menuntun hidup kita

Qur’an: hehe... kan sudah ku bilang, memang untuk itu kan wujudku, tapi perlu kalian ingat kembali, selama kalian mendekatiku selama itu pula kalian merasakan petunjukku, jika kalian menjauh, ya sudah... aku pun menjauh, jangan lupa juga ada sahabatku yang lain, yaitu hadits Rasul....

Aku: baiklah, aku akan ingat itu

Hati kecilku: ya jangan lupa pula, aku juga memiliki musuh yang harus terus kita perangi, tau kan maksudku? jadi waspadalah dengan nafsu...

Aku: oke, semoga kita bisa memeranginya dan terus mengharapkan bantuan petunjuk Qur’an. may God bless me. Thanks God...!