Kamis, 23 Juni 2011

“ Damai Indonesiaku, Cinta budayaku”

Sebuah puisi refleksi pembukaan acara perpisahan MI Istiqlal yang dibawakan oleh salah satu murid MI Istiqlal bernama dinda yang penuh semangat bergelora

Lihat... lihat langkah kami
Bergejolak serasa ingin meraih seluruh mimpi
Lihat... lihat genggaman kami
Berkobar seraya cinta pada ibu pertiwi
Tapi kami tidak sendiri, dan belum bisa melakukannya sendiri
Namun kemarin, hari ini, bahkan esok hari
Selalu ada pelukan hangat ayah ibu kami
Selalu ada nasehat tulus guru-guru yang kami panuti
Mengenalkan kami pada kebesaran Ilahi
Mendidik kami tentang budi pekerti
Mengajarkan kami beragam budaya ibu pertiwi
Membimbing kami untuk lebih mandiri
Sehingga dengan perlahan kami bisa melakukannya sendiri
Ayah, ibu... terimakasih
Guru-guruku... terimakasih
Sekarang, aku berdiri disini mewakili sahabat-sahabatku
Dibawah naungan madrasahku
Bersontak menularkan semangatku
Seraya berteriak untuk tanah airku
“ Damai Indonesiaku, Cinta budayaku”

Minggu, 29 Mei 2011

Pertanyaan seorang mahasiwa kepada ustadz [RENUNGAN]


1 tamparan untuk 3 pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang
guru agama, kiyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kiyai.

Pemuda : Anda siapa Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.

Pemuda : Anda yakin? Sedangkan Profesor dan ramai orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kiyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.

Pemuda : Saya ada 3 pertanyaan: 
1.Kalau memang Tuhan itu ada,tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2.Apakah yang dinamakan takdir
3.Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat
dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki
unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras. 

Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya? 
Kiyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti. 
Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit. 
Kiyai : Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?

Pemuda : Ya! 
Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu!

Pemuda : Saya tidak bisa. 
Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya? 
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir. 

Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda? 
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya? 
Pemuda : Sakit.

Kiyai : Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.

Rabu, 25 Mei 2011

Datangilah Tuhanmu


Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3C9D8h08jpuXos_kgYXgFk2qQObNm9vF2Yau9KY7NzAJeoE84iA-FuXSSnyFy_RvhhrdpQ_xY0T1WuWIRtbvZ9KlgVqKDDkwntJcG9gOiawTtCK92irSZ90mcfo8_MoQNZHsrg-tIt_w/s320/barbe1editr(2).JPG

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, apa yang terjadi di jalanan itu menunjukkan bahwa Tuhan itu tidak ada? Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, mengapa ada orang sakit??, mengapa ada anak terlantar??"

"Jika Tuhan ada, pastiah tidak akan ada orang sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker, istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,” Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana,” Si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!” sanggah si tukang cukur.
”Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.” Itulah point utama-nya!.

Sama dengan Tuhan, Tuhan itu juga ada, tapi apa yang terjadi… orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau mencari-Nya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Apakah Tuhan harus memaksa untuk datang kepada-Nya baru dunia tidak ada kesusahan? Semua kembali pada diri kita masing-masing.

Kamis, 19 Mei 2011

Lingkaran Masalah Hidup

gundah hati tak kan terobati jika hanya merenung tanpa bertindak pasti
bergerak saja, terus berputar mencari solusi sampai menemukan sebuah inti
hari tak pernah berhenti, masalah selalu silih berganti, begitulah selama nyawa dalam sanubari


keluarkan kesahmu, adakah manfaat setelahnya? jika tidak, lupakan saja kesahmu itu
hindari malasmu, tiada manfaat didalamnya, jika dilayani yakinlah penyesalan menantimu


tumbuhkan rasa malu jika hanya berbicara tanpa bertindak
tak ubahnya seperti majikan berwatak budak
jika hanya mengabaikan lingkaran masalah yang semerbak
layaknya jasad menunggu tertusuk tombak


cukup sudah! sekarang bangkit, sekarang bergerak, sekarang juga bertindak
hei malas! enyah kau dariku
hei angkuh! menjauhlah dariku
hei dengki! jangan berteman denganku
hei munafik! bualanmu memuakkanku


"wepe aje"





Senin, 28 Februari 2011

Iblis Tidak Berdaya di Hadapan Orang Ikhlas


Rasulullah SAW lalu bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.” Iblis segera menimpali: ” tidak, tidak. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku.
Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?” “Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Ketika kerjamu tak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usahamu dinilai tak penting, maka saat itu kau sedang belajar tentang keikhlasan
Ketika hatimu terluka dalam maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan
Ketika kau merasa lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan.
banyak orang menganalogikan ikhlas dalam beberapa hal, diantaranya

“Ikhlas itu seperti orang yang sedang membuang kotoran”
Orang yang sedang membuang kotoran tidak pernah menghitung jumlah kotoran yang dia keluarkan, tidak pernah berusaha untuk menahan-nahan kotoran yang akan dikeluarkan itu, tiada penyesalan dan tidak pernah mengharapkan kotoran itu untuk diambil kembali, tidak pernah mengungkit-ungkit kembali tentang kotoran yang sudah dikeluarkan itu, dan tentu saja dia justru akan merasa lega setelah membuang kotoran tersebut bukan malah membuatnya tersiksa.

sumber: dari beberapa artikel