Selasa, 11 Mei 2010

kasih sayang yang terucap...


Seorang ustadz menghampiri muridnya yang sedang duduk manis di sofa sambil membaca buku. Spontan dia rangkul dengan sapanya seperti biasa, senyumnya yang bersahabat membalas sapa ustadz tersebut, tidak lama kemudian wajahnya berubah tersendu menangis sedih, entah apa yang di tangisi, lalu ustadz itu bertanya “kenapa nak?” dia pun tetap termenung dengan aliran air matanya yang mulai menetes, kembali sang ustadz bertanya “ kamu kenapa? Kok tiba2 menangis ustat rangkul?”. Sungguh terasa penasaran ingin mengetahui kenapa, setelah ustadz itu tanyakan kembali tetap saja dia tersendu sedih namun sadarnya untuk tidak memaksakan agar dijawab, dia hanya bisa mangatakan “menangislah nak..!, menangislah jika itu dapat menenangkan setelahnya, menangislah jika akan datang senyuman setelahnya, tidak perlu kamu jawab pertanyaan ustadz sekarang”, terdiam ustadz itu sejenak sambil tetap merangkul dan... “sekarang sudah malam, kamu tidur dulu ya, kamu boleh mengatakannya pada ustadz besok pagi jika kamu mau mengatakakannya” dan dia pun mengangguk iya dengan pasrahnya menuju kamar.

Keesokan paginya kembali sang ustadz menyapa dengan suasana yang berbeda, bersiap sudah dengan seragamnya setelah makan pagi untuk menuju kelas, namun masih ada beberapa menit untuk santai sejenak, sehingga ustadz itu pun berlanjut pada pertanyaannya semalam, “kamu mau mengatakannya pada ustadz tentang hal semalam? Kenapa kamu tiba-tiba menangis semalam?” dia pun sedikit terpana seakan sedang menyiapkan kata-kata, maka terucap pula setelah berselang ustadz menunggu anak itu menjawab “ aku sedih karena senang, senang karena merasakan kasih sayang ustadz” “hanya itu?” “iya...!” tersentak lunglai tangan ustadz memeluknya “terima kasih ya nak, tangismu serasa berwujud doa yang memberi kekuatan batin untuk ustadz” sungguh lemas terasa mendengar ungkapan tak terduga, begitu senang ingin menangis namun masih sanggup ustadz itu berpaling tangis darinya....

Dia bernama karim anak yatim piatu, sesosok yang lugu, riang, cerdas dan kritis, tsunami di aceh melenyapkan kedua orang tuanya dan adiknya yang masih bayi, hanya abang dan adik perempuannya yang tersisa, sungguh pilu mendengar cerita bagaimana dia bergelut dengan gelombang tsunami di usianya yang masih 10 tahun.

Terima kasih ya Allah selalu saja Kau berikan hikmah dibalik tangis dan senyum anak-anak itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar