Selasa, 02 November 2010

FILOSOFI ANTARA TAWAF DAN SA’I

Bagaikan sungai yang bergerumuh mengitari sebuah batu. Ka’bah dikelilingi oleh lautan manusia yang sangat bergairah. Ka’bah laksana matahari yang berada di tengah sedangkan manusia laksana bintang-gemintang yang berjalan di orbitnya dalam sistem tata surya. Ka’bah melambangkan ketidakberubahan dan keabadian Allah. Lingkaran yang bergerak menunjukkan aktivitas dan transisi yang berkesinambungan dari makhlukNya. Maka ketidakberubahan + gerakan + disiplin = tawaf

Jangan kau berhenti di sana, setiap orang bergerak mengelilingi ka’bah secara bersamaan dalam satu kelompok manusia, tidak ada identifikasi individual yang membedakan laki-laki dan perempuan ataupun kulit hitam dan kulit putih! Gerakan yang merupakan proses transformasi  seorang manusia menjadi totalitas ummat. Semua ‘AKU’ menjadi ‘KITA’ dalam satu tujuan “CINTA ALLAH”

Usai menunaikan salat tawaf di maqam Ibrahim maka pergilah ke mas’a, yakni jalan antara bukit Shafa dan Marwah. lari-larilah diantara dua bukit ini tujuh kali yang dimulai dari puncak bukit Shafa. Sa’i adalah sebuah pencarian , gerakan yang mempunyai tujuan dan diilustrasikan dengan berlari-lari dan bergegas-gegas. Pada saat tawaf engkau berperan sebagai Hajar. Di maqam Ibrahim engkau berperan sebagai Ibrahim dan Ismail. Begitu memulai Sa’i maka engkau pun berperan lagi sebagai Hajar

Dialah promotor tradisi Ibrahim – bukan Tuhan, tapi seorang budak (Hajar), bukan mencari karunia ‘api’ melainkan ‘air’. Betulkah air? Ya, air! Bukan yang gaib, bukan cinta, bukan kepasrahan, bukan ketaatan, bukan roh, bukan pandangan hidup  yang filosofis, bukan di surga, bukan di akhirat. Tidak, tidak, tidak. Benar-benar di dunia ini dan minum air dari mata air di bumi ini dan murni bersifat material. Ritual ini benar-benar melambangkan pencarian kehidupan materi di atas bumi ini. Ia merupakan kebutuhan tulen yang menunjukkan hubungan manusia dengan alam dan juga merupakan jalan untuk menemukan surga dunia dan menikmati buahnya di atas bumi ini.
Sungguh dua ritual yang mengandung makna kepasrahan akan rasa cinta dan kebijakan tindakan untuk terus berusaha sampai berpulang ke Ilahi antara Tawaf dan Sa’i.

Maka :
Sa’i         : merupakan kerja fisik. Artinya, mengerahkan segala upayamu mencari air sebagai lambang  kehidupan, sebuah ilustrasi usaha untuk mencari nafkah tanpa putus asa
Tawaf    : cinta yang mutlak
Sa’i         : kebijakan yang mutlak
Tawaf    : semua ‘Dia’
Sa’i         : semua ‘Engkau”
Tawaf    : hanya kehendak Yang Mahakuasa
Sa’i         : hanya kehendakmu
Tawaf    : bagaikan seekor kupu-kupu yang mengitari lilin hingga terbakar, dan abunya terbawa angin-lenyap dalam cinta dan sekarat dalam cahaya
Sa’i         : bagaikan seokor elang yang terbang di atas bukit-bukit hitam dengan dukungan sayap-sayapnya yang kuat untuk mencari makanan dan menyambar mangsanya yang berada di tengah bebatuan. Terbang bebas menjelajahi langit dalam ambisinya. Di bawah bentang sayapnya bumi tampak begitu hina
Tawaf    : manusia mencintai ‘kebenaran’
Sa’i         : manusia didukung sendiri oleh ‘fakta-fakta’
Tawaf    : cinta, penyembahan, spirit, moralitas, keindahan, kebaikan, kesucian, nilai-nilai, kebenaran, keyakinan, kesalehan, penderitaan, pengorbanan, ketaatan, kerendahan hati, penghambaan, pencerahan, kepasrahan, kekuatan dan kehendak Allah dan apapun yang digerakkan dan dicintai oleh spirit bangsa timur
Sa’i         : hikmah, logika, kebutuhan, hidup, fakta, objektif, bumi, material, alam, hak istimewa, pikiran, sains, industri, kebijakan, keuntungan kesenangan, ekonomi, peradaban, tubuh, kemerdekaan, kekuasaan, kehendak, di dunia ini-untuk diri sendiri dan segala sesuatu yang diperjuangkan oleh bangsa barat
Tawaf    : hanya jiwa
Sa’i         : hanya tubuh
Tawaf    : hanya Allah
Sa’i         : hanya manusia

Ibadah haji merupakan kombinasi antara tawaf dan sa’i. Ia memecahkan kontradiksi yang telah membingungkan umat manusia sepanjang sejarah.
Mana yang engkau pilih? Materialisme atau idealisme? Dunia ini atau akhirat? Kehendak Allah atau kehendak manusia?

Allah memberikan jawaban: pilih dua-duanya!, pelajaran yang disampaikan tidak melalui kata-kata, persepsi, sains ataupun filsafat tapi dengan cara menunjukkan padamu contoh berwujud seorang manusia. Contoh yang harus diambil pelajarannya oleh semua manusia, para filsuf dunia, para saintis, dan para pemikir besar yang sedang mencari keyakinan dan fakta-fakta, adalah seorang perempuan budak Ethiopia berkulit hitam dan seorang ibu. Dia adalah Siti Hajar!

Karena perintah ‘cinta’ ia memasrahkan dirinya namun tidak termangu diam begitu saja, ia meninggalkan anaknya dalam pelukan ‘cinta’ dan bangkit berlari setelah memutuskan untuk mencari air dan berusaha sekuat tenaga....
SUNGGUH AGUNG KOLABORASI ANTARA DOA DAN USAHA......


meresapi apa yang telah terasa, teralami, memahami kembali, terinspirasi dari filsuf ternama Ali Syariati..


2 komentar:

  1. salam kenal... sebuah refleksi yang indah, membahasakan tawaf dan sa'i yang bikin merasuk jiwa, jadi mo haji nih, hehehe... (Ipunk)

    BalasHapus
  2. :) thanks sob semoga niatnya segera tercapai

    BalasHapus